Man teman di lingkungan kalian, sekarang ini lagi musim apa sih? Musim bola, kampanye, atau lagi musim nyiap2in buat puasa? Kalo ditempat saya sih lagi musim daftaran anak sekolah. Kalo lagi musim daftaran sekolah gini biasanya orang tua tidak terlalu mikir lagi sama yang namanya bola, persiapan puasa, apalagi kampanye. Orang tua mulai sibuk nyari tau tentang sekolah mana yang minimal syarat nilainya sesuai sama nilai anak mereka. Ada orang tua yang serius nyari info, ada orang tua yang
“embuh sak karepe bocahe lah”, ada juga yang
“ wes ben di kandani angel, ben
kono daftar sekolah sing nganggo tes, mengko nek rak ketrimo tinggal tak kon
sekolah swasta pinggiran, wegah mbayar larang – larang”
Emmm,, *ngelus dada*. Man teman,
kalau orang tua udah enggan mengeluarkan biayai untuk sekolah anaknya sendiri
gini, salah siapa coba?
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA.
Temen- temen pasti udah sering dengar/baca tulisan yang kayak gini kan? Iya
dong, kalimat itu udah sering dikoar- koarkan oleh Anies Baswedan sebagai JANJI
KEMERDEKAAN. Atau kalau enggak tiap Senin, diupacara bendera, kalimat ini ada
di pembacaan UUD 1945 di alenia 4, kalau kata guru SD saya MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA itu adalah CITA-CITA BANGSA.
Bingung ya sebenernya MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA itu JANJI atau CITA-CITA? Udah gak usah bingung, itu sama kok
kayak jomblo dan single. Orang tak berpacar biar terlihat terhormat sering
ngaku sebagai single, karena single adalah pilihan sedangkan jomblo adalah
nasib. (perumpamaan yang agak maksa, tapi semoga berterima)
Ya sama, diantara JANJI sama CITA CITA, posisi
yang agak tinggi mungkin adalah JANJI. Karena kalau JANJI adalah susuatu yang
harus di penuhi dan tidak bisa direvisi, sedangakan CITA CITA bisa direvisi,
kata Anies Baswedan. Sedangkan menurut saya, JANJI adalah apa yang akan
dipenuhi oleh negara, sedangkan CITA CITA adalah sesuatu yang akan di
raih/diwujudkan besama, dalam hal ini negara dan bangsanya. Didalam CITA CITA
ada unsur usaha dari bangsa/rakyat untuk meraihnya, dan dari pihak negara wajib
mewujudkan. Dua pihak ini sama – sama saling berkeinginan untuk mewujudkan,
bukan hanya dari pihak pemerintah yang memenuhi janjinya untuk mencerdaskan
bangsa, yang kemudian diwujudkan hanya dengan sekedar pemberian sekolah gratis
atas nama pemenuhan janji dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, BUKAN!
Tapi bukan itu sih point-nya, bukan tentang, ‘ini sebenernya JANJI atau
CITA CITA sih?”,pointnya bukan dikata bendanya melainkan di kata kerjanya,
yakni, MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA. JANJI KEMERDEKAAN negara Indonesia kepada
bangsa nya adalah mencerdaskan, memberi pendiidikan. Kepada siapa? kepada
bangsa Indonesia, kepada rakyat Indonesia termasuk anak- anak yang ada di
sekitar rumah saya. Oleh siapa? Oleh negara pasti, secara konstitusional ini
ada di UUD 1945 pasal 31. JANJI
KEMERDEKAAN DARI NEGERA adalah mencerdaskan, memberikan pendidikan, bukan
sekedar memberikan sekolah gratis yang malah ujung ujungnya gak mencerdaskan
kehidupan bangsa sama sekali.
HAK MENDPATKAN PENDIDIKAN. Pernah
denger/ atau baca? Kata kata itu ada di UUD 1945 pasal 31 ayat 1. Bunyi
lengkapnya gini “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” dan di
pasal 31 ayat 2 bunyinya “ setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya”.
Temen –temen ingat hukum hak dan
kewajiban gak? Hak dipenuhi setelah kewajiban dilaksanakan. Jadi warga negara itu wajib mengikuti
pendidikan dasar, ini sering disebut dengan wajib belajar 9 tahun (dulu) dan
pemerintah wajib membiayainya. Dalam kalimat sederhananya adalah pemerintah
wajib menggratiskan pendidikan setidaknya sampai jenjang pendidikan dasar 9
tahun (dulu) dan ini diwujudkan dalam sekolah gratis, atau kalau enggak melalui
pemberian beasiswa dengan embel-embel rakyat miskin bukan karena prestasi.
Lalu kalau warga negara sudah
melakukan kewajibanya, haknya dikasih gak sama negara, hak untuk mendapatkan
pendidikan? Dapet, tapi hanya pendidikan yang sekedarnya, karena saat warga
negara melakukan kewajibanya yang gak perlu bayar, yang didapet dengan gratisan,
itu berarti mereka gak perlu usaha dalam rangka mendapatkan pendidikan. Usaha
yang dilakukan lebih ke bagaimana biar bisa sekolah gak bayar, kemudian
memiskin kan dirinya sendiri, cari surat miskin, bukan malah dengan berusaha
bekerja keras biar bisa bayar sekolah untuk dapat pendidikan setinggi mungkin
buat anaknya. Disinilah sense of education as a need nya hilang.
Kemudian, apa yang bisa diharapkan dari
sesuatu yang gratisan, yang diberikan cuma - cuma, yang bukan dari usaha karena
bener bener diinginkan coba? Terjadi proses mencerdaskan bangsa gak? Lalu cita citanya tercapai gak? ENGGAK. Sekolah
gratis doesn’t work dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara secara
konstitusional memang sudah memenuhi janji untuk memberikan pendidikan, tapi
tidak mendidik, tidak mencerdaskan bangsanya.
SEKOLAH GRATIS. Ini ni, biangnya
pendidikan gak bermutu di Indonesia. Saat ada program sekolah gratis dari
pemerintah sekolah berlomba lomba memberitahukan bahwa sekolahan mereka adalah
sekolah yang berkategori “tidak memungut biaya pendidikan apapun”. Pihak
sekolah ramai – ramai membuat papan bertuliskan “sekolah ini tidak memungut
biaya pendidikan apapun”, bagaimana dengan reaksi orang tua murid? Udah pasti
senenglah, seenggaknya mereka gak perlu lagi membayar SPP tiap bulan nya. Di
benak mereka pokoknya sekarang sekolah udah gak perlu bayar, titik. Karena
gratisan, otomatis sense of education as a need nya hilang.
sekolah gratissss, lagii |
Orang tua gak mau keluar biaya
karena ada program “sekolah ini tidak memungut biaya pendidikan apapun”. Orang
tua udah terlanjur menganggap bahwa semuanya gratis, gak mau mengeluarkan biaya
sekalipun untuk beli buku paket. Mungkin orang tua juga udah terlalu terbebani
dari sistem jual beli buku paket yang dilakukan pihak sekolah yang harganya
bisa 3 kali lipat dari harga semestinya. Disini guru sudah tidak bisa lagi cari
untung dari jual beli buku paket, karena itu emang sudah dilarang. Di lain sisi
kalau gak ada buku terus belajarnya pake apa, pake buku dari pemerintah yang
isinya acakadut itu?
Gara gara sekolah gratis ini juga,
pelajaran tambahan atau les yang biasanya di buat sama guru kelas juga gak bisa
dilaksanakan lagi. Ya apalagi kalo bukan karena orang tua murid yang bilang
“loh, jarene sekolah wes gratis, kok les tambahan jek bayar,larang meneh, kui podo
wae rak gratis jenenge”. Tidak di pungkiri jam tambhan yang dilakukan oleh guru
guru kelas ini bisa jadi tambahan pendapatan bagi guru tersebut, dengan bayaran
yang cukup mahal dari pembayaran siswa - siswa yang ikut les tambahan itu bisa
jadi uang gaji ekstra pengganti uang lelah. Tapi karena orang tua murid maunya
cuman grtasisan saja, ya mana mau guru repot repot meluangkan waktu
istirahatnya untuk kegiatan yang gak ada uangnya. Guru kan Pegawai Negeri Sipil
bukan pekerja dinas sosial yang bekerja tanpa ada bayarannya.
Lalu tahu apa akibatnya?
Nilai siswa jadi jelek, guru acuh
karena mau memberikan tambahan pelajaran tapi orang tua murid tidak mau keluar
biaya. Tidak ada usaha dari kedua belah pihak untuk mewujudkan cita cita
kemerdekaan MENCERDASKAN KEHIDUPAN
BANGSA.
Para guru, ayo fasilitasilah
mereka, jangan diskriminasikan mereka hanya karena ketidak mampuannya akademiknya,
motivasilah mereka. Guru sebagai pelakasana program pemerintah, pemberi hak
pendidikan untuk anak- anak, berilah hak mereka, tetaplah berikan tambahan
pelajaran bagi mereka yang kurang di bidang akademik kemudian pungutlah biaya
sewajarnya yang terjangkau oleh orang tua murid.Berilah kesempatan kepada orang
tua untuk melakukan kewajibannya, bekerja keras agar bisa membayar biaya
sekolah anak anak mereka. Ijinkan orang tua murid untuk tetap bisa yakin bahwa
anak mereka akan tetap mendapatkan pendidikan terbaik dari guru-guru mereka di
sekolah, dan soal biaya itu bukan perkara bagi mereka.
Biarlah semangat ujaran jawa kuno
tentang
JER BASUKI MAWA BEA tetap ada di
benak setiap orang tua,
BAHWA JIKA INGIN ANAK PINTAR YA
MEMANG HARUS MAU KELUAR BIAYA.